F Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Metode inkuiri atau metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
loading...Ustaz Miftah el-Banjary, Dai yang juga pakar ilmu linguistik Arab dan Tafsir Al-Quran asal Banjar Kalimantan Selatan. Foto/Ist Ustaz Miftah el-BanjaryPakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'anPepatah Arab mengatakan, "Wa innamal 'ilmu bitta'allum. Ilmu itu harus berguru." Pepatah ini sudah menjadi pakem bagi siapa saja yang ingin alim, ingin berilmu , harus berguru. Sebab ilmu tidak akan hasil sempurna kecuali memiliki seorang guru, seorang ini banyak orang yang merasa berilmu hanya dengan membaca artikel di Google, belajar agama di Youtube, berguru di media sosial. Lalu merasa lebih berilmu dari orang yang duduk puluhan tahun membaca kitab di hadapan seorang guru. Baca Juga Al-Qur'an menegaskanهَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ"Tidak akan pernah sama orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu pengetahuan..." QS az-Zumar Ayat 9Menguasai keilmuan agama yang layak disebut alim itu tidak semudah membuka website dan PDF atau membaca buku-buku terjemahan. Perlu puluhan tahun menghapal matan-matan kitab kuning. Tanya saja para tuan guru, kiyai, ustaz-ustaz pesantren itu bagaimana perjuangan mereka. Ironisnya, ada orang belum pernah baca kitab, belum punya sanad keilmuan, mengklaim anti mazhab, anti fatwa, anti maulid, anti tahlil, anti bid'ah, anti ziarah kubur sebagainya. Bahkan, sekiranya dipaparkan pendapat para imam semisal Imam Suyuthi, Imam Ibn Hajar al-Asqalani, Imam Nawawi, para ulama terdahulu yang tidak diragukan lagi hujjah serta pemahaman mereka terhadap teks-teks Al-Qur'an dan hadits, mereka menolak disebabkan kejahilannya. Ada baiknya tidak saling menuding dan menyalahkan selama persoalan itu masih dalam perdebatan para ulama. Tentu, setiap perdebatan para ulama terkait persoalan khilafiyyah bukan menjadi ranah orang awam ikut mencela serta membid'ahkannya, bukan?Sayangnya, para penuntut ilmu bermazhab Googliyyah ini, seringkali ketika diminta menjelaskan karya para ulama dari literatur klasik Arab gundul, tanpa harakat kebanyakan mingkem, tidak mampu menjelaskan dengan berbagai alasan. Bahkan tidak tahu apa itu ilmu Nahwu dan Sharaf, Manthiq, Balaghah, Dilalah belum dipelajari, apalagi dikuasai. Sebuah dalil itu tidak ujug-ujug ada begitu saja. Tidak cukup melahirkan sebuah pendalilan dari terjemahannya Al-Qur'an semata. Terjemahan itu hanya alih bahasa untuk mendekatkan pemahaman, bukan makna hakiki. Prosesnya panjang. Baca Juga 15 Ilmu Ini Harus Dikuasai Jika Ingin Menafsirkan Al-Qur'anUntuk mengetahui sebuah makna suatu kata, perlu mempelajari dahulu ilmu Dilalah atau ilmu semantik Arab. Untuk mengetahui makna dilalah, harus masuk dulu pada analisa dilalah mu'jamiyyah semantik makna kamus, baru dilalah nahwiyyah, sharfiyyahhinggasiyaqiyyah. Kebetulan ini bidang kajian saya dan saya mengajarkan kata Quru dalam Al-Qur'an dia bermakna ganda. Quru bisa berarti suci, Quru bisa berarti haid. Maknanya mengandung ambigiutas. Sama kata "Kafara" bisa bermakna keluar dari iman, bisa juga menghapuskan pemaknaan secara semantik yang beragam ini nanti akan memunculkan berbagai intepretasi dan tafsiran dari berbagai para mufasir. Maka oleh karena itu, mengapa ada banyak ragam kitab-kitab tafsir yang ditulis oleh para ulama kita sejak abad pertama, pertengahan hingga modern ini. Fenomena ini tidak pernah sunyi dan menentukan sebuah pendalilan yang melahirkan istinbath/ketetapan hukum juga tidak sederhana. Seseorang perlu memahami apa itu istilah Ushuli, seperti Am, Khas, Muaqayyad, Muthlak, Sharih, Mujmal, dan lain pula dalam pendalilan dari sebuah hadis, perlu memahami dan menguasai, apa itu istilah Asbabul Wurud, Tarajim, Rijalul Hadits, Tsiqqah, Mudallas, Mardud, dan sebagainya. Baca Juga Para Fuqaha membagi dasar hukum syariat itu hanya ada pada landasan Halal, Haram, Wajib, Sunnah, Makruh, Mubah. Tidak ada kategori hukum itu dikenal istilah hukum Bid'ah. Tidak ada dalam literatur Fiqh seperti demikian itu. Silakan dikaji dan jika hanya sebatas berguru di internet, ya percaya saja dengan ulama yang sudah diketahui kapasitas keilmuannya dimana, dengan siapa dia berguru, di institusi mana dia belajar, seperti apa dan bagaimana cari yang jelas-jelas sedikit-dikit orang yang berpenampilan ustaz, lantas dengan mudahnya dipanggil dan dianggap ustaz, lihat dulu bacaan Qur'annya, pemahaman ilmu fiqihnya. Jangan mudah melabeli seseorang ustaz, kasihan kalau tidak mumpuni bisa terjebak pada label itu. Nanti justru menyesatkan berfatwa tanpa didasari keilmuan. Apalagi tentang pengetahuan agama yang membawa keselamatan dunia dan akhirat. Karena itu, perlunya memiliki guru dan sanad keilmuan . Baca Juga Wallahu A'lamrhs
Dalamsuatu pembelajaran,keterampilan bertanya bukanlah segala-galanya.Masih banyak faktor – faktor lain yang menentukan keberhasilan suatu pembelajaran.Faktor – faktor tersebut antara lain kurikulum yang menjadi acuan dasarnya,program pengajaran,kualitas guru,materi pembelajaran,strategi pembelajaran,sumber belajar,dan teknik / bentuk
Belajarlah Agama pada Guru yang memiliki Sanad ilmu agama dari para ulama Dewasa ini perkembangan teknologi sangatlah pesat, diantaranya adalah digitalisasi media cetak maupun elektronik. Perkembangan teknologi ini mempermudah segala bidang kehidupan tak terkecuali bidang agama. Proses pembelajaran agama sekarang dipermudah dengan adanya software dan hardware seperti kitab – kitab elektronik baik kitab lampau klasik ataupun kontemporer, ditemukan pula berbagai perangkat elektronik seperti perangkat untuk belajar membaca Al-Qur’an, bahasa arab dsb. Dengan kemudahan – kemudahan ini masyarakat awam pun menjadi bersemangat dalam menggali dan mempelajari agamanya. Namun seiring berjalannya waktu ada sebagian masyarakat yang menjauhi majelis – majelis ilmu dan mengatakan bahwa belajar agama tak perlu lagi berguru lewat ulama Kyai, Ustadz dsb singkatnya mereka belajar secara otodidak. Lalu Bagaimana hukumnya belajar agama tidak berguru lewat ulama Kyai ? Karena saat ini banyak bertebaran Orang yang mengaku ustad yang hanya memperoleh ilmu agama dari Buku dan internet ..??? Belajar agama lewat guru Ulama/Kyai adalah wajib hukumnya, karena mempelajari ilmu tanpa adanya seorang guru maka orang tersebut akan ngawur dan berbuat semaunya sendiri. Di bawah ini kami kutip beberapa hadist Nabi SAW dan pendapat ulama tentang pentingnya seorang guru. Telah bercerita kepada kami Abu Ashim adl-Dlahhak bin Makhlad telah mengabarkan kepada kami Al Auza’i telah bercerita kepada kami Hassan bin Athiyyah dari Abi Kabsyah dari Abdullah bin Amru bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah apa yang kalian dengar dari Bani Isra’il dan itu tidak apa dosa. Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka” HR Bukhari 3202 Hakikat makna hadits tersebut adalah kita hanya boleh menyampaikan satu ayat yang diperoleh didengar dari guru-guru sebelumnya disampaikan secara turun temurun sampai kepada rasulullah saw. Kita tidak diperkenankan menyampaikan akal pikiran kita semata. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”. HR. Ahmad Dari Ibnu Abbas berkata Rasulullah saw bersabda, “di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” Hadits riwayat Ath-Thabarani Pendapat ulama’ وَلاَبُدَ فِى سُلُوْكِ طَرِيْقِ الْحَقِّ مِنْ اِرْشَادِ اُسْتَاذٍ حَاذِقٍ وَتَسْلِيْكِ شَيْخٍ كَامِلٍ مُكَمَّلٍ حَتَّى تَظْهَرُ حَقِيْقَةِ التَّوْحِيْدِ بِتَغْلِيْبِ الْقَوِى الرُّحَانِيَةِ عَلَى اْلقَوِىِّ الْجِسْمَانِيَّةِ Diwajibkan bagi orang yang mencari jalan yang benar belajar agama untuk mencari seorang guru yang benar, dan di bawah arahan guru yang sempurna dan bisa menyempurnakan sehingga bisa menghantarkan kepada hakikatnya keyakinan dengan mengedepankan kekuatan ruhani mengalahkan kekuatan jasmani akal fikiran Tafsir haqqi, juz 15, hal 13 وقال الشيخ أَبُوْ عَلِىّ الدَّقَاقِ لَوْ أَنَّ رَجُلاً يُوْحَى إِلَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ لاَ يَجِيْئُ مِنْهُ مِنَ اْلأَسْرَارِ Syeh Abu Ali al-Daqoq berkata seandainya seseorang diberi petunjuk dan baginya tidak memiliki guru maka jangan berharap akan muncul baginya asror rahasia yang benar dari kebenaran ilmu tersebut. فَعَلَى قَارِئَ اْلقُرآنِ اَنْ يَأْخُذَ قِرَائَتُهُ عَلَى طَرِيْقِ التَّلَقِّى وَ اْلإِسْنَادِ عَنِ الشُّيُوْخِ اْلآخِذِيْنَ عَنْ شُيُوْخِهِمْ كَى يَصِلَ اِلَى تَأْكِدٍ مِنْ أَنَّ تِلاَوَتَهُ تُطَابِقُ مَا جَاءَ عَنِ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه و سلم Bagi orang yang belajar membaca al-Qur’an disyaratkan untuk belajar cara membaca dari guru yang guru tersebut mendapat ajaran dari gurunya, agar kebenaran dari bacaan tersebut sesuai dengan apa yang di ajarkan rasulullah saw. Haqqu al-Tilawaah, hal 46 Apakah yang dimaksud dengan sanad dan sebatas manakah pentingnya sanad guru Kyai, Ulama ? Sanad adalah silsilah atau mata rantai yang menyambungkan kita dengan sebelum kita, jadi sanad adalah hubungan. Kalau secara bahasa sanad adalah sesuatu yang terkait kepada sesuatu yang lain atau sesuatu yang bertumpu pada sesuatu yang lain, tapi didalam makna ini secara istilah adalah bersambungnya ikatan bathin kita, bersambungnya ikatan perkenalan kita dengan orang lain, sebagian besar adalah guru-guru kita. Sanad ilmu / sanad guru sama pentingnya dengan sanad hadits. Sanad hadits adalah otentifikasi atau kebenaran sumber perolehan matan/ redaksi hadits dari lisan Rasulullah Sedangkan sanad ilmu atau sanad guru adalah otentifikasi atau kebenaran sumber perolehan penjelasan baik Al Qur’an maupun As Sunnah dari lisan Rasulullah. Demikian juga dengan sanad seorang guru agama, sama pentingnya karena sebagai pertanggung jawaban ilmu yang di ajarkan dan orisinalitas ilmu. Untuk lebih jelasnya di bawah ini kami kutip beberapa hadist Nabi saw dan pendapat Ulama’ tentang begitu pentingnya sanad. …. عن عبدَ الله بن المبارك يقول الإِسْنَادُ مِنَ الدِّيْنِ وَلَوْلاَ اْلإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ Ibnul Mubarak berkata ”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya.” Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no32 Dari Ibnu Abbas ra Rasulullah saw bersabda… ”Barangsiapa yg berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka” Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “Tiada ilmu tanpa sanad”. Al-Hafidh Imam Attsauri rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga” Al-Imam Abu Yazid Al-Bustami; “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203 Asy-Syeikh as-Sayyid Yusuf Bakhour al-Hasani menyampaikan bahwa “maksud dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan sekadar untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripadanya, dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga meneladani orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadanya dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu meneladani Rasulullah saw. Dengan demikian, keterjagaan al-Qur’an itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan“ Dan sebagai penjelasan terakhir mari kita renungi bersama sama apa yang di sampaikan Habib mundzir al-Musyawa “Sanad adalah bagai rantai emas terkuat yang tak bisa diputus dunia dan akhirat, jika bergerak satu mata rantai maka bergerak seluruh mata rantai hingga ujungnya, yaitu Rasulullah saw”. “Orang yang berguru tidak kepada guru tapi kepada buku saja maka ia akan menemui kesalahannya karena buku tidak bisa menegur tapi kalau guru bisa menegur, jika ia salah atau jika ia tak faham ia bisa bertanya, tapi kalau buku jika ia tak faham ia hanya terikat dengan pemahaman dirinya, maka oleh sebab itu guru tetap penting. Jadi tidak boleh hanya membaca dari buku, tentunya boleh baca buku apa saja, namun kita harus mempunyai satu guru yang kita bisa tanya jika kita sedang mendapatkan masalah”.
Jikasedang belajar meraih faedah Jangan hanya sekadar meraih ijazah. Ilmu itu jangan hanya dihafalkan Tetapi juga harus diamalkan. Guru yang tidak bisa jadi teladan Bagaikan bayangan tanpa badan. Guru yang mampu jadikan teladan Bagaikan cahaya dari kegelapan. Belajar itu harus bertahap Bagaikan mendirikan sebuah atap . Seorang guru harus bersabar
Daftar Isi1 Pengertian Strategi Belajar Mengajar2 Indikator Mengajar Kolerasi Rosenshine dan Furst3 Prinsip Mengajar Yang Menguasai Materi Pelajaran Yang Akan Kesehatan dan Kondisi Sifat Kepribadian dan Pengusaan Mengerti Sifat dan Perkembangan Pengetahuan dan Kemampuan Menggunakan Prinsip-prinsip Toleransi Budaya, Agama, dan Suku Peningkatan Profesi dan Budaya4 Ciri-ciri Mengajar Yang Kecakapan Membimbing Memberikan Saran dan Memperhitungkan Masa Lampau Mendiaknosis Menyembuhkanremedimatie Memberi Kebebasan Terhadap Anak-anak5 Metode Mengajar yang Efektif6 Klasifikasi Strategi Belajar Konsep dasar strategi belajar Belajar mengajar sebagai suatu Hakikat proses Entering Behavior Siswa7 Konsep Dasar Belajar Mengajar8 Belajar Mengajar Sebagai Suatu Sarana atau Lingkungan9 Tips Mengajar Yang Maksimalkan Sesekali Belajar di Luar Kelas10 Pola-pola Belajar Siswa Pengertian Strategi Belajar Mengajar Kata strategi berasal dari kata Strategos Yunani atau Strategos. Strategos berarti jendral atau berarti pula perwira negara states officer. Secara bahasa strategi dapat diartikan sebagai siasat, kiat, trik, atau cara. Sedangkan secara umum strategi adalah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adapun strategi belajar mengajar dapat diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Atau dengan kata lain, strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Menurut Mansyur 1991, batasan belajar mengajar yang bersifat umum mempunyai empat dasar strategi, yaitu Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajamya. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempumaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan. Indikator Mengajar Efektif Elizabeth perrott mengemukakan indicator mengajar efektif yang dapat diamati dari hasil studi beberapa ahli Menurut Ryan dan koleganya ada 3 faktor utama yang muncul dalam karya ini yang masing-masing terdiri atas dua kutub Hangat dan mengerti versus dingin dan menyendiri Teratur dan cekatan versus berantakan dan jorok Merangsang dan imajinatif versus dungu dan rutin Studi Flander mengamati dua cara mengajar yang kontras terikat direct dan tidak terikat indirect. Mengajar yang terikat ditandai kepercayaan guru atas ceramah, kritisisme, pembenaran justification, otorita, dan pemberian pengarahan. Mengajar yang tidak terikat ditandai oleh kepercayaan guru atas pertanyaan, menerima perasaan siswa, mengakui ide-ide, dan memberikan hadiah dan dorongan. Kolerasi Rosenshine dan Furst Tes prestasi baku biasa digunakan dalam suatu periode pengajaran dengan membandingkan skor siswa selama dan sesudah periode pengajaran untuk memperoleh suatu pengukuran “perolehan prestasi”. Dari data yang dianalisis dapat ditentukan perilaku guru mana yang berhubungan dengan perolehan prestasi siswa-siswa Prinsip Mengajar Yang Efektif Menurut Sahabuddin,2007, keefektifan mengajar dapat dicapai bila guru memiliki profil guru sebagai berikut Menguasai Materi Pelajaran Yang Akan Diajarkan Penguasaan materi pengajaran termasuk didalamnya kemampuan mengorganisasikan dan menyesuaikan materi pelajaran menurut tingkat kemampuan, minat, dan kecepatan murid masing-masing. Kesehatan dan Kondisi Jasmani Mengajar adalah tugas atau kegiatan yang sangat memerlukan kesehatan dan kondisi jasmani. Gangguan kesehatan dan jasmani dapat mengurangi kemampuan guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Sifat Kepribadian dan Pengusaan Diri Kepribadian dan perilaku guru besar sekali pengaruhnya terhadap anak-anak muda. Dalam menghadapi tugasnya sebagai guru ia menghadapi anak-anak yang berbeda-beda perilakunya Ada yang menyenangkan ada yang menjengkelkan. Dalam hal ini guru harus dapat mengendalikan perasaannya. Mengerti Sifat dan Perkembangan Manusia Baik pria maupun wanita, mungkin berminat sekali untuk mengajar, tetapi mungkinmereka tidak mengerti rangkaian perkembangan manusia sehingga mereka tidak berhasil mengajar sebagimana mestinya. Salah satu tngkat perbedaan program pendidikan tradisional dengan pendidikan modern, adalah dalam hal mempersiapkan guru yang mengerti pola perkembangan manusia. Pendidikan modern sangat mengutamakan persiapan guru yang mengerti pola perkembangan manusia. Pengetahuan dan Kemampuan Menggunakan Prinsip-prinsip Mengajar Apa yang harus dijarkan, mengapa, bilamana dan bagaimana mengajarkannya, tergantung dari beberapa factor, anatara lain adalah Kebutuhan secara individual, dan social Kesiapan belajar Kesempatan belejar mengajar yan dapat berguna Penggunaan prinsip-prinsip ini secara konsisten merupakan dasar untuk mengajar yang efektif. Toleransi Budaya, Agama, dan Suku Bangsa Guru menghadapi anak-anak yang mungkin berasal dari berbagai system budaya, agama, dan suku bangsa yang berbeda-beda. Dalam hal ini guru harus menghormati tradisi dan adat istiadat, agama, suku bangsa, dan lain-lain yang dianut oleh murid-murid. Peningkatan Profesi dan Budaya Guru harus mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan profesi sebagai guru pengembang kebudayaan. Apa yang dipelajari secara teoritis belum tentu cocok dengan praktek. Oleh sebab itu,guru harus giat menambah pengetahuan, dan pengalamannya secara mencocokkan teori dengan praktek. Dengan demikian, mereka harus berperandalam mengembangkan dalam memperkaya kebudayaan. Ciri-ciri Mengajar Yang Baik Sahabuddin2007, mengemukakan ciri-ciri mengajar yang baik adalah sebagai berikut Kecakapan Membimbing Belajar Mengajar bukan semata-mata suatu proses memberi pengetahuan kepada belajar, bukan pula sekedar menghilangkan sifatsifat dan kecenderungan yang tak diingini, tetapi yang pokok dan utama adalah membimbing dan menuntun pelajar dan mendorong mereka untuk mencapai hasil belajar. Bimbingan ini agaknya lebih bersifat saran dan tidak bersifat perintah. Mengajar yang baik tidak terdapat dalamsituasi yang kurang ramah dan simpatik terhadap minat dan kebutuhan pelajar. Guru yang baik dapat mengetahui anak yang terkebelakang dan yang paling cakap. Ia mengerti bahwa mereka belum matang dan bahwa mereka membutuhkan simpatik dan pertolongan. Karena itu, guru menciptakan suasana sekolah yang menyenangkan, suasana yang menerupai keadaan di rumah mereka. Guru yang baik selalu memikirkan seluruh masalah yang telah ada, dan yang mungkin dialami dan dihadapi sebelum melanjutkan peljaran. Berdasarkan ini direncanakanlah pelajaran yang akan diberikan. Pelajaran yang tak direncanakan lebih dahulu kurang dapat diharapkan hasilnya. Guru tak berhasil mengerjakannya dan murid tak berhasil mengertinya. Salah satu yang diharapkan dari guru yang baik adalah jalinan kerjasama yang baik antara guru dan pelajar. Oleh sebab itu, guru harus mempunyai rencana yang bai untuk dapat bekerjasama dengan pengajar dalam organisasi, manajemen, partisipasi diskusi, pemberian tugas dan penilaian hasil belajar. Memberikan Saran dan Anjuran Mengajar yang baik berlangsung atas dasar saran dan bukan atas dasar perintah. Guru dalam menempatkan daya pimpinannya atau wibawanya, menuntun muridny dengan hati yang tidak berarti bahwa murid tidak menghormati kewibawaan guru. Guru yang baik pada keseluruhannya berarti memelihara watak dengan menciptakan suasana yang didalamnya anak dapat berkembang menurut kodratnya. Mengajar yang baik berarti mengusahakan teciptanya suatu suasana lingkungan demokrasi yang didalamnya orang saling menghargai hak pribadi masing-masing. Dalam lingkungan ini guru berpedoman pada teori bahwa masing-masing individu mempunyai hak yang sama dalam kelas. Oleh sebab itu, sewajarnyalah kalau mereka itu mendapat perlakuan yang sama. Demokrasi menuntut supaya setiap anggota kelompok memperoleh perlakuan dan layanan yang sama. Guru yang baik merangsang perkembngan kepribadian dan aktivitas murid-murid dengan pengantaraan kepribadian dan aktivitasnya. Guru menempatkan diri sebagai teladan. Lingkungan sekolah adalah lingkungan yang tersaring dan aktivitasnya adalah aktivitas yang terarah. Ini berarti bahwa guru yang baik memberikan rangsangan melalui pengajaran, dorongan aktivitas, kritik, dan saran-saran yang bersifatedukatif. Memperhitungkan Masa Lampau Siswa Guru yang cakap mengerti bahwa pendidikan yang baik adalah mengoganisasikan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau. Senang dan puas terhadap apa yang pernah dicapai dengan situasi yang statis bukan pertanda pengajaran yang baik. Guru yang baik selalu berusaha untuk mencapai yang lebih baik dari yang telah dicaai sebelumnya. Mendiaknosis Kesulitan-kesulitan Guru yang baik senantiasa mem[erhatikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh murid-muridnya. Dengan diketahuinya kesulitan-kesulitan yang sering dialami, dapat dipikiran dan direncanakan cara-cara pertolongan yang mungkin diberikan kepada anak-anak, baik secara umum maupun secara perseorangan. Menyembuhkanremedimatie Pekerjaan penyembuhan adalah sangat penting bagi anak utamanya dalam pengajaran yang membutuhkan ketangkasan atau keterampilan kalau anak tidak menguasai keteramplan yang dibutuhkan mereka akan sukar untuk meningkat pada penguasaan selanjutnya, misalnya kesalahan penertuan dalam cara-cara berhitung, membaca menulis, dan lain-lain. Hal demikian mengakibatkan anak itu terlambat. Memberi Kebebasan Terhadap Anak-anak Kebebasan yang di maksud dalamhal ini bukanlah kebebasan untuk bertindak semau-maunya tanpa ada khaidah dan norma, tetapi memberi bimbingan menurut pola-pola tujuan yang anak tidak merasa tertekan, karena tujuan yang ingin dicapai itu didasari sebagai tujuan yang sesuai dengan kebutuhannya. Metode Mengajar yang Efektif Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui’ dan hodos berarti jalan’ atau jalan’. Dengan demikian metode adalah dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Ada juga yang mengartikan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tersebut. Singkatnya metode adalah jalan untuk mencapai tujuan. Adapun kata metodologi’ berasal dari kata metoda’ dan logi’. Logi berasal dari bahasa Yunani logos yang berarti akal atau ilmu. Jadi metodologi artinya ilmu tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan bagian dari perangkat disiplin keilmuan yang menjadi induknya. Hampir semua ilmu pengetahuan mempunyai metodologi tersendiri. Oleh karena itu ilmu pendidikan sebagai salah satu disiplin ilmu juga memiliki metodologi yaitu metodologi pendidikan. Jadi, yang dimaksud dengan metode pengajaran yaitu suatu ilmu pengetahuan tentang motode yang dipergunakan dalam pekerjaan mendidik. Atau bisa juga yang dimaksud metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang di pergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Metode mengajar yang digunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan keterampilan, dan sikap kognitif, efektif. Khusus metode mengajar di dalam kelas, efektivitas suatu metode dipengaruhi oleh factor tujuan, factor siswa, factor situasi, dan factor guru itu. Didalam penggunaan metode ada beberapa syarat- syarat sebagai berikut Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar siswa. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat meransang keinginan siswa untuk dapat belajar lkebih lanjut, untuk melakukan eksplorasi dan inovasi pembangunan. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh penngetahuan melalui usaha pribadi. Metode mengajar yang dipergunakan dapat mentiadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau stuasi yang nyatra dan bertujan. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari- hari. Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar Menurut Tabrani Rusyan dalam Mansyur menyatakan bahwa terdapat berbagai masalah sehubungan dengan strategi belajar mengajar yang secara keseluruhan di klasifikasikan menjadi 7 bagian, seperti berikut Konsep dasar strategi belajar mengajar Seperti telah diuraikan pada subpokok bahasan sebelumnya, konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku, Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar Memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar, Norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Sasaran kegiatan belajar mengajar Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkret yakni tujuan Instruksional khusus dan tujuan Instruksional umum, tujuan kulikuler, tujuan nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal. Belajar mengajar sebagai suatu sistem Belajar mengajar selaku suatu sistem Instruksional mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem, belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain, tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar sesama komponen itu terjadi kerja sama. Karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan dan evaluasi saja, tapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan. Hakikat proses belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Entering Behavior Siswa Tingkat dan jenis karakteristik perilaku siswa yang telah dimilikinya pada saat akan memasuki kegiatan belajar-mengajar inilah yang dimaksudkan dengan entering behavior. Entering behavior ini akan dapat kita identifikasi dengan berbagai cara, antara lain Secara tradisional, telah lajim para guru memulai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai bahan yang telah diberikan terdahulu sebelum menyajikan bahan baru. Secara inovatif, guru-guru tertentu pada berbagai lembaga pendidikan yang telah dimiliki atau mampu mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar secara memadai, sudah mulai dengan mengadakan pre-test sebelum mereka memulai dengan program kegiatan belajar-mengajarnya. Konsep Dasar Belajar Mengajar Menurut Mansyur dan Syaiful Bahri, ada empat hal yang menjadi konsep dasar untuk merencanakan sebuah strategi belajar dan mengajar yaitu sebagai berikut. Mengidentifikasi, menetapkan spesifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik. Spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana yang diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah. Oleh karena itu, tujuan pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkret, sehingga mudah dipahami oleh anak didik. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar. Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang duanggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang suatu persoalan, konsep, pengertian, dan teori apa yang guru gunakan dalam memecahkan suatu kasus, akan mempengaruhi hasilnya. Memilih dan menetapkan prosedur metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap tepat dan efektif. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda denga cara atau metode supaya anak didik terdorong dan mampu berpikir bebas dan cukup memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Menetapkan norma norma dan batas minimal keberhasilan keberhasilan atau kriteria standar keberhasilan. Menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan tersebut bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkret, yakni tujuan instruksional khusus dan tujuan instruksional umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal. Belajar Mengajar Sebagai Suatu Sistem Menurut Gordon 1990 Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen yang terpadu dan berproses untuk mencapai tujuan. Belajar-mengajar sebagai suatu sistem, atau lebih dikenal sistem instruksional menunjuk pada pengertian sebagai sekelompok atau seperangkat bagian atau komponen yang saling bergantung interdependen satu sama lain untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, sistem senantiasa merupakan suatu keseluruhan atau totalitas dari semua bagian yang satu sama lain tidak dapat dipisah-pisahkan. Sebagai suatu sistem, belajar-mengajar mengandung sejumlah komponen yakni terdiri dari Siswa, Guru, Tujuan, Materi, Metode, Evaluasi, Sarana dan Lingkungan. Berikut ini paparan dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut Siswa Teori didaktik metodik telah bergeser dalam menempatkan siswa sebagai komponen proses belajar-mengajar PBM. Siswa yang semula dipandang sebagai objek Pendidikan bergeser sebagai subjek Pendidikan. Sebagai subjek, siswa adalah kunci dari semua pelaksanaan Pendidikan. Tiada Pendidikan tanpa anak didik. Untuk itu, siswa harus dipahami dan dilayani sesuai dengan hak-hak dan tanggungjawabnya sebagai siswa. Siswa adalah individu yang unik. Mereka merupakan kesatuan psiko-fisis yang secara sosiologis berinteraksi dengan teman sebaya, guru, pengelola sekolah, pegawai administrasi, dan masyarakat pada umumnya. Mereka datang ke sekolah telah membawa potensi psikologis dan latar belakang kehidupan social. Masing-masing memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda. Potensi dan kemampuan inilah yang harus dikembangkan oleh guru di sekolah. Guru Guru adalah sebuah profesi. Oleh sebab itu, pelaksanaan tugas guru harus profesional. Walaupun seorang guru sebagai individu memiliki kebutuhan pribadi dan memiliki keunikan tersendiri sebagai pribadi, namun guru mengemban tugas mengantarkan anak didiknya mencapai tujuan. Untuk itu, guru harus menguasai seperangkat kemampuan yang disebut kompetensi guru. Oleh sebab itu, tidak semua orang bisa menjadi guru yang profesional. Kompetensi guru itu mencakup menguasai siswa, menguasai tujuan, menguasai metode pembelajaran, menguasai materi, menguasai cara mengevaluasi, menguasai alat pembelajaran, dan menguasai lingkungan belajar. Tujuan Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan umum pembelajaran, sampai tujuan khusus pembelajaran. Proses belajar-mengajar tanpa tujuan bagaikan hidup tanpa arah. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan secara keseluruhan harus dikuasai oleh guru. Tujuan disusun berdasarkan ciri karakteristik anak dan arah yang ingin dicapai. Materi Materi pembelajaran dalam arti luas tidak hanya yang tertuang dalam buku paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan materi pembelajaran. Setiap aktivitas belajar-mengajar pasti harus ada materinya. Anak yang sedang field-trip di kebun raya menggunakan materi jenis tumbuhan dan klasifikasinya. Anak yang praktikum di laboratorium menggunakan materi simbiose katak. Semua materi pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh anak. Materi disusun berdasarkan tujuan dan karakteristik siswa. Metode Metode mengajar adalah cara atau teknik penyampaian materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik anak. Sarana atau Alat Agar materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa, maka dalam proses belajar-mengajar digunakan alat pembelajaran. Alat pembelajaran dapat berupa benda yang sesungguhnya, imitasi atau tiruan, gambar, bagan, grafik, tabulasi dan sebagainya yang dituangkan dalam media. Media itu dapat berupa alat elektronik, alat cetak, dan tiruan. Menggunakan sarana atau alat pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan, anak, materi dan metode pembelajaran. Evaluasi Evaluasi dapat digunakan untuk menyusun gradasi kemampuan anak didik, sehingga ada penanda simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif, objektif, kooperatif, dan efektif. Evaluasi dilaksanakan berpedoman pada tujuan dan materi pembelajaran. Lingkungan Lingkungan pembelajaran merupakan komponen kegiatan belajar mengajar yang sangat penting demi suksesnya belajar siswa. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan psikologis pada waktu kegiatan belajar mengajar berlangsung. Jika Kamu Seorang Pengajar atau Guru Kamu harus Mengetahui cara Mengajar yang Baik ,Simak Berikut Ulasan berikut ini. Jangan Berdiri Seperti Patung pada Saat Mengajar Maksudnya adalah seorang guru sebaiknya bergerak ketika sedang mengajar, tidak cuma berdiri di depan kelas saja, atau hanya duduk di meja guru. lakukan teknik mobile teaching dengan cara guru mencoba untuk mengajar secara lebih dekat pada muridnya, dan berkeliling untuk mengetahui situasi kelas dan murid-muridnya pada saat sedang belajar. Jika memang pelajaran hitungan sedang diberikan, cobalah guru untuk mendekati murid pada setiap baris tempat duduknya dan lihat perkembangan mereka pada saat mengerjakan hitungan tersebut. Bila saja ada murid yang sedang melamun, atau merasa bingung, maka guru akan dengan tau. Buat Mereka Merespon Perhatian pada Murid Untuk mengetahui apakah murid-murid kita ini memperhatikan kita saat mengajar pelajaran tertentu atau tidak, guru bisa melakukan diskusi atau debat argumen agar mereka mau mengeluarkan argumennya. Memang tidak semua murid kita akan bisa berargumen dengan baik, beberapa ada yang terkendala malu bertanya,grogi,dan sbg. Tetapi, apapun respon mereka, pancing terus mereka untuk berpendapat dan hargai setiap argumen yang mereka lontarkan. selain materi pembelajaran bisa mudah mereka fahami, kita juga mengajarkan mereka untuk berani berbicara dan menerima argumen orang lain. Lakukan Variasi Saat Mengajar Melakukan variasi dalam metode mengajar ternyata akan berpengaruh positif pada pemahaman murid-murid kita. dapat dibayangkan jika yang terjadi di kelas adalah hanya berbicara saja, dan mendengarkan tanpa ada yang bertanya, maka pemahaman pelajaran akan terasa hambar. cobalah untuk membuat variasi ketika mengajar. sebelum masuk ke inti pelajaran, awali untuk lebih rilexs dengan menyanyikan lagu yel-yel kelasnya, supaya belajar tetap semangat. guru juga dapat menyisipkan games dalam setiap pelajaran yang sedang diberikan, asalkan games ini berkaitan dengan mata pelajaranya. lakukan lebih banyak diskusi dengan murid-murid kita, supaya mereka aktif dan lebih memahami subjek pelajaranya. Berikan Perhatian pada Murid Mengajar bukan saja memberikan materi pelajaran untuk murid-murid kita supaya mereka tau dan mempelajarinya. Mengajar juga perlu memperhatikan keadaan murid-muridnya. Apabila kembali ke masa sekolah dulu, biasanya sang guru akan memperhatikan siswa-siswa tertentu saja, seperti siswa yang paling sering bolos, yang paling pintar, paling cantik dan lain-lain. predikat inilah yang dapat membuat guru sangat mudah mengenali satu persatu muridnya. sebaiknya berikan perhatian pada semua murid. Tiap murid mempunyai talenta dan karakter yang berbeda, Oleh karena itu ketahuilah satu persatu dan dukung mereka supaya bisa berkembang menjadi lebih baik. Maksimalkan Teknologi Sekarang semuanya sudah canggih, metode mengajar kita juga harus disesuaikan dengan teknologi yang ada supaya mengajar semakin mudah. manfaatkanlah komputer, Laptop, tablet dan lainya untuk dipakai murid-murid dalam mempelajari sesuatu subjek. Supaya tidak bosan, ubahlah text book pelajaran menjadi bentuk gambar atau audio, dengan begitu murid akan menemukan sesuatu yang dianggap baru dan menyenangkan. Memanfaatkan teknologi tentunya akan selalu berhubungan dengan internet. saat ini ada banyak website edukasi yang akan memberikan pengetahuan mengenai mata pelajaran yang sedang murid-murid bahas bersama gurunya ini. Mereka dapat mengakses video pembelajaran atau membaca artikel terkait, untuk membuat mereka lebih faham. Interaktif Cobalah untuk memakai metode belajar yang interaktif dengan murid-murid kita. Seorang guru memang menguasai materi pelajaran yang akan diberikan pada anak muridnya, tetapi perkembangan anak juga harus kita fikirkan. Mereka akan banyak mempunyai rasa ingin tahu terhadap sesuatu, tentang issu yang mungkin sedang dibahas pada mata pelajaran tertentu. Berikan kesempatan mereka untuk bertanya seputar pelajaran yang sedang dibahas. Guru dapat mengawali dengan menceritakan kisah pendek terkait pelajaran tersebut. Buat mereka menjadi bertanya-tanya agar mereka lebih mudah mengerti dan memahami sebenarnya bagaimana menyelesaikan pertanyaan dalam sebuah pelajaran. Sesekali Belajar di Luar Kelas Beberapa guru ada yang suka memakai metode ini, dimana murid-muridnya digiring ke luar kelas pada pagi hari, dan mereka belajar di luar kelas. Metode seperti ini dianggap akan kembali merefresh keadaan otak murid-murid kita yang telah sering menerima pelajaran setiap harinya. Lakukan pembelajaran yang cenderung menyenangkan, seperti membuat pasangan kata pada sebuah kertas dan menyuruh mereka untuk mencari maksud dari padanan kata tersebut, sesuai di buku pelajaran. Coba perhatikan, murid-murid akan terasa fresh dan pelajaran lebih mudah untuk diserap . Siapkan Materi dengan Animasi Dalam menyampaikan pelajaran kepada murid-murid kita, sebaiknya kita tidak menghabiskan waktu dengan membahas point yang tak penting untuk disampaikan. Siapkan poin-poin dari materi pelajaran dalam bentuk yang lebih animasi. Bila memang bisa disampaikan dengan poin, kita dapat gunakan slide presentasi lewat power point. Buatlah beberapa slide tampilan materi pembelajaran dengan menyisipkan animasi dan bergerak . Hal tersebut akan berguna supaya penyampaian materi tidak membosankan. Penjelasan poin seperti ini lebih jelas dalam mengarahkan tujuan dalam mengajar. Sesekali sarankan juga murid-murid untuk belajar membuat presentasi Di power point. selain itu, kita juga dapat gunakan Video pembelajaran supaya suasana belajar lebih baru. Lebih Sabar dan Berikan Hadiah Sebagai guru, kita juga harus bisa lebih sabar untuk menghadapi banyaknya respon anak murid kita, baik sabar dalam pemahaman pembelajaran, ataupun sabar dalam mendorong mereka untuk terus semangat belajar. respon anak murid kita akan berbeda-beda pada pelajaran, sekalipun berbagai strategi yang unik telah coba kita lakukan untuk membuat suasana belajar lebih seru. Untuk lebih menyemangati anak murid kita, tak ada salahnya jika kita memberikan reward atau hadiah setiap anak murid kita yang berhasil menjawab pertanyaan kuis atau test harian saat di kelas. Hadiah juga merupakan salah satu motivasi untuk anak-anak murid kita supaya lebih semangat belajar. Perhatikan Closing/menutup Kegiatan Mengajar Ktika pelajaran akan segera berakhir waktunya, maka terapkan teknik closing belajar yang benar, supaya murid-murid tidak mudah melupakan poin apa saja yang sudah mereka pelajari hari ini. Ulangi kembali poin pembelajaran tadi, secara garis besar supaya murid-murid kita tetap mengingatnya dan juga mulai memahaminya. Setelah itu, coba untuk menarik kesimpulan dari pembelajaran tersebut supaya dapat melanjutkan ke materi selanjutnya secara teratur, murid akan tetap mengingat materi sebelumnya, bila teknik closingnya seperti ini. Beritahukan tentang materi yang akan dibahas selanjutnya di pertemuan minggu depan. Sarankan murid-murid untuk membaca poin penting pelajaran berikutnya sebelum pelajaran dimulai. Pola-pola Belajar Siswa Gagne menggolongkan pola-pola belajar siswa ke dalam delapan tipe di mana yang satu merupakan prasyarat bagi yang lainnya yang lebih tinggi tingkatannya. Masing-masing tipe dapat dibedakan dari yang lainnya dilihat dari kondisi yang diperlukan buat berlangsungnya proses belajar bagi yang bersangkutan. Kedelapan tipe tersebut adalah Tipe 1, Signal Learning belajar isyarat. Tipe ini merupakan tahap yang paling dasar, sehingga tidak menuntut persyaratan, namun merupakan tingkat yang harus dilalui untuk tipe belajar yang lebih tinggi. Signal learning dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat involuntary tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya. Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini telah diberikannya secara serempak dan berulang kali. Tipe 2, Stimulus-Respon Learning belajar rangsangan tanggapan. Bila tipe di atas dapat digolongkan dalam jenis classical condition, maka tipe belajar 2 ini termasuk ke dalam instrumental condi¬tioning Kimble-1961 atau belajar dengan trial and error. Menurut Gagne, proses belajar bahasa pada anak-anak merupakan proses yang serupa dengan ini. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini ialah faktor inforcement. Waktu antara stimulus rangsangan pertama dan berikutnya sangat penting. Semakin singkat jarak S-R dengan S-R berikutnya, semakin kuat reinforcement. Tipe 3, Chaining mempertautkan, dan tipe 4 Verbal Asso¬ciation. Kedua tipe belajar ini setaraf, yaitu belajar mengajar yang menghubungkan satuan ikatan S -R yang satu dengan yang lain. Kondisi yang diperlukan dalam berlangsungnya tipe belajar ini antara lain secara internal anak sudah harus menguasai sejumlah satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu, prinsip kesinambungan, pengulangan, dan reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining dan association. demikianlah artikel dari mengenai Cara Mengajar yang Baik Pengertian, Indikator, Prinsip, Ciri, Metode, Klasifikasi, Konsep Dasar, Sistem, Pola, dan Tipsnya, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.
Memperluasjejaring antarguru untuk berbagi ilmu maupun bertukar pendapat yang lebih berkualitas. Penerapan Merdeka Belajar memberi kesempatan guru lebih berekspresi, bereksperimen, berkolaborasi, berkreasi, dan berinovatif. Selamat ”BERJUANG” untuk Merdeka Belajar! (*) Editor: Ali Mustofa. pendidikan. tingkatkan kompetensi.
Anggota komunitas turut berpartisipasi dalam pembentukan aturan dan ekspektasi dari edukasi ini. Sekolah juga tidak mewajibkan kehadiran. Summerhill pada usianya yang hampir ke-100 tahun telah meluluskan banyak siswa. Siswa tak hanya belajar dasar-dasar edukasi saja, tetapi juga bidang akademik lainnya. Mereka mempelajari pelajaran hingga lulus tanpa ada keterpaksaan. Setiap manusia, termasuk anak-anak, memiliki caranya sendiri dalam menangkap pelajaran dan bagaimana mereka menerapkan pelajaran ke dalam kehidupan secara alami. Secara alami, mereka akan mengetahui cara memecahkan kemampuan alami manusia untuk belajar ini ditumpulkan dengan beragam aturan yang memaksa. Terkadang metode pembelajaran seperti ini tidak lagi dipandang mudah dan efektif bagi masing-masing individu. Meskipun di Indonesia memiliki sistem pembelajaran yang sudah ditetapkan secara nasional, orangtua dan guru perlu memberikan dukungan penuh untuk anak. Mengajari anak tanpa memaksa, tak ada salahnya kok Perlu orangtua ketahui bahwa anak-anak secara biologis diprogram untuk belajar. Pembelajaran dimulai ketika ia berada di masa kanak-kanak. Anak akan membutuhkan banyak informasi sebagai bekal untuk bertahan hidup dan berkembang ketika ia beranjak dewasa. Mungkin Anda tak bisa menghindarkan anak-anak untuk belajar menulis, membaca, atau matematika. Memang membutuhkan banyak usaha dan pelatihan intensif sehingga mereka mengerti pelajaran dasar tersebut. Orangtua sebaiknya tak perlu berekspektasi tinggi dalam mengajarkan anak. Karena proses tempuh setiap anak berbeda. Namun, ingatlah untuk mengajari anak tanpa memaksa. Ketika mengajarkan anak, orangtua maupun guru perlu kesabaran penuh. Beritahu anak untuk mencoba menyelesaikan apa yang dikerjakan. Jika mereka melakukan kesalahan saat belajar, tetap arahkan mereka untuk berpikir hingga menemui solusi atau hasil akhirnya. Meskipun sebagai pembelajar alami, anak masih tetap membutuhkan peran orangtua dan guru. Ingatkan bahwa anak menemukan kesulitan saat belajar, jangan takut untuk meminta bantuan orangtua atau guru. Bagaimanapun komunikasi penting sebagai bentuk pembelajaran anak. Sehingga pada masa yang akan datang, mereka memiliki cara tersendiri untuk menyelesaikannya. Anak akan lebih mudah mencerna ketika orangtua atau guru mengajari mereka tanpa memaksa. Ketahuilah bahwa tiap anak memiliki kecepatan dan kemampuan belajar yang berbeda. Terkadang tekanan dalam belajar membuatnya mudah stres, sehingga ia sulit mengerti pelajaran yang diterimanya. Oleh karenanya, anak membutuhkan suasana yang rileks, tenang, dan santai dalam kegiatan belajarnya. Dukungan suasana juga membantu mereka menangkap pelajaran yang diterimanya. Sebagai pendamping, perlu diingat setiap anak memiliki proses belajar yang berbeda. Pujilah ketika ia berhasil melakukan pencapaian apapun hasilnya. Pendamping menjadi agen motivasi anak lebih maju. Maka itu, penting untuk mengajari anak tanpa memaksa. Tips mendidik anak tanpa memaksa Mengajari anak tanpa memaksa mendukung ia berpikir jernih ke depan dalam menghadapi masalah dan mencari solusi. Orangtua sebagai pendamping bertugas memotivasi anak. Dukungan orangtua bisa menjadi kekuatan anak untuk mencapai tujuannya. Berikut tips mendidik anak yang bisa Anda terapkan. 1. Pahami kekuatan anak Sebagai orangtua, Anda perlu mengetahui kekuatan dan kelebihan anak terhadap hal yang disukainya. Kemudian, cobalah memotivasinya untuk melakukan tantangan selanjutnya. Misalnya, ketika anak suka menulis cerita, motivasi ia untuk mengikuti lomba menulis cerpen. Kemudian dukung ia untuk menulis buku kumpulan cerpen dari hasil karya yang telah ia buat. 2. Tetap di samping anak ketika ia gagal Mengajari anak tanpa memaksa bisa dilakukan dengan memberikannya semangat sehingga ia tetap berkomitmen dengan melakukan hal yang menjadi kelebihannya. Terkadang jalan hidup tidak semulus yang dibayangkan. Saat anak berusaha menjalani hal yang disukainya, pada satu waktu ia gagal. Misalnya, anak hobi menari balet. Pada masanya ia pentas, anak terjatuh di atas panggung. Sementara penonton yang lain tertawa dan teman-temannya pun mengejeknya. Tetaplah berada di sampingnya dan bangun semangat dan kepercayaan dirinya, besarkan hatinya. Saat ia gagal, cobalah katakan “Tidak apa-apa, Nak. Kamu sudah lakukan yang terbaik. Ke depannya Ibu/Ayah yakin kamu bisa. Kita hadapi bersama, jangan takut ya.” 3. Pujilah anak atas pencapainnya Setelah beragam proses yang dilalui anak, pujilah anak pada tiap pencapaiannya. Pujian menumbuhkan kepercayaan diri anak untuk tetap maju dan berkembang. Pencapaiannya tak mudah, karena anak melalui proses belajar yang melelahkan dan tak mudah. Cara sederhana ini dapat Anda lakukan sebagai langkah mengajari anak tanpa memaksa. Misalnyaseperti memberi hadiah spesial, ucapan yang puitis ataupun sekadar menyampaikan langsung rasa sayang kita kepada bapak dan ibu guru tercinta. Nah, kalau kamu kepikiran buat kasih ucapan terima kasih untuk guru yang so sweet dan mengharukan, beberapa ucapan ini bisa jadi inspirasi kamu, Quipperian. “Guru, jasamu sangatlah besar,
Ilmu adalah gedung, sedangkan kuncinya adalah bertanya, belajar agama tanpa guru seperti dibimbing oleh “setan” AKHIR-akhir ini kita sering mendengar himbauan dan saran untuk mempelajari ilmu agama hanya dengan berpedoman pada buku-buku yang dibeli tanpa perlu berkonsultasi dan dengan para ulama. Mereka juga merasa yakin dengan pemahamannya sendiri seolah menyamakan tingkat ilmu agama yang sangat rumit dan membutuhkan penjelasan dari para ulama dengan ilmu-ilmu duniawi lainnya. Kemudian ada kelompok tertentu yang merasa cukup mumpuni untuk memasuki bidang ini hanya dengan membaca buku saja. Gejala ini mengundang berbagai dampak negatif, antara lain lemahnya pemahaman dan pendalaman dalam suatu bidang ilmu dengan gambaran nyata. Hal ini karena ilmu Islam tidak hanya memuat fakta dan pernyataan, sebenarnya membutuhkan pemahaman yang jelas dari dada para ulama yang mengambil ilmu dari ulama sebelumnya hingga sampai kepada Nabi Muhammad ﷺ. Tanpa bimbingan dari para ulama atau guru, jika terjadi salah paham ketika membaca, seseorang akan terus tersesat pemahamannya dan berakibat menyesatkan orang lain. Itulah sebabnya ada pernyataan bahwa mempelajari agama sendiri dengan kitab-kitab saja tanpa bimbingan seorang ulama/guru seperti dibimbing oleh setan walaupun kebanyakan ulama menganggap pernyataan ini bukan hadits melainkan Ibnu Arabi dalam kitabnya al-Futuhat al -Makiah menganggap bahwa pernyataan ini adalah hadits. Karena masalah ini telah menjadi perdebatan, saya ingin meluangkan waktu untuk menjelaskan masalah ini. Semoga penjelasan singkat ini bermanfaat bagi semua pihak. Ulama adalah pewaris para Nabi Kata ulama merupakan bentuk jamak dari akar kata alim yang berarti orang yang memiliki ilmu yang sangat dalam. Hal ini berbeda dengan kata alim yang berarti orang yang mengetahui tetapi belum tentu mengerti. Kata-kata ulama ini telah disebutkan di beberapa tempat dalam al-Quran al-Karim dan al-Hadits ﷺ baik secara langsung maupun tidak langsung, yang menunjukkan bahwa ulama adalah individu-individu terpilih yang menguasai ilmu Allah Ta’ala secara mendalam dan memiliki akhlak terpuji. Oleh karena itu, ulama yang saya maksud di sini adalah seorang ahli yang memiliki pengetahuan mendalam tentang agama Islam dengan syarat-syarat tertentu sebagai seorang ulama. Ulama adalah mereka yang mampu mengungkap dan memahami dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits ﷺ dengan sempurna. Mereka juga tidak hanya memahami dalil dan penjelasan dari para ulama masa lalu salaf, bahkan ada yang menghafal ratusan ribu hadits, ilmu yang luas dan sebagainya hingga memenuhi syarat untuk disebut sebagai ulama. Mereka selalu istiqomah dan memperoleh dengan keikhlasan yang diajarkan kepada mereka dari Nabi ﷺ. Islam telah mengakui ulama sebagai ahli waris para nabi sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي اْلأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ» “Siapa saja yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, Allah memperjalankannya di atas salah satu jalan surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap mereka karena ridha kepada penuntut ilmu. Sesungguhnya seorang alim itu dimintakan ampunan oleh makhluk yang ada di langit dan di bumi hingga ikan yang ada di dasar lautan. Sesungguhnya keutamaan seorang alim atas seorang abid ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mewariskan ilmu. Karena itu, siapa saja yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang besar.” HR Abu Dawud, Ibn Majah, at-Tirmidzi, Ahmad, ad-Darimi, al-Hakim, al-Baihaqi dan Ibn Hibban. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan di sini bahwa ulama adalah golongan yang mendapatkan keuntungan dan kemuliaan dalam agama Islam dengan mengakui mereka sebagai ahli waris para nabi. Karena ulama memiliki tempat khusus dalam masyarakat, maka banyak kelompok tertentu yang seolah-olah mengaku setingkat dengan ulama padahal ia baru saja pada tahap awal memahami ilmu-ilmu keislaman. Kelompok inilah yang akan menghancurkan syariat agama sedikit demi sedikit daripada mengikuti ajaran para ulama yang sesungguhnya. Pentingnya belajar agama langsung dari ulama Kita sudah terbiasa mendengar suara-suara perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok tertentu yang berusaha keras merendahkan ilmu dan kemuliaan para ulama untuk menutupi kelemahan dan kesalahan yang mereka perbuat. Beberapa dari mereka bahkan ada yang berdalih, bahwa para ulama tidak maksum, ia tidak seperti Nabi ﷺ dan kemudian menyarankan bahwa tidak perlu mengikuti bimbingan para ulama untuk memahami urusan Islam. Mereka juga mengatakan bahwa dalil-dalil al-Quran al-Karim dan al-Hadits ﷺ hanya bisa langsung diambil dengan pemahaman mereka sendiri dengan hanya merujuk pada kitab-kitab tertentu. Apakah tindakan ini sesuai dengan Islam? Allah berfirman وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِىٓ إِلَيْهِمْ ۚ فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, Jadi sebaiknya Anda bertanya kepada ahli dzikir ulama jika Anda tidak tahu.” QS al-Nahl Ayat 43. Imam Syatibi dalam karyanya al-Muwafaqat telah menjawab pertanyaan ini dengan argumennya yang mengatakan betapa pentingnya bagi guru untuk memperdalam dan memahami sesuatu. Imam Shatibi juga mengatakan bahwa para ulama telah mengatakan “Sesungguhnya ilmu itu ada di dada guru, kemudian ilmu itu dipindahkan ke dalam kitab. Jadi kunci ilmu tetap di tangan guru.” إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا “Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.” HR. Bukhari, Muslim, At-Thabrani, dan Ahmad dari empat orang sahabat. Menurut Imam Syatibi lagi, hadits ini sebagai dalil bahwa guru adalah kunci ilmu dan perlunya menuntut ilmu dari dada guru. Selain itu, bagi siswa/santri yang belum memahami sesuatu yang dipelajarinya, dapat terus meminta penjelasan kepada guru/ulama sampai semuanya jelas. Sedangkan bagi mereka yang belajar tanpa guru, pemahamannya sangat terbatas berdasarkan buku-buku yang ada di hadapannya. Bisa jadi pemahaman mereka benar dan bisa juga pemahaman mereka salah. Makna Nabi ﷺ bersabda الْعِلْمُ خَزَائِنُ وَمِفْتَاحُهَا السُّؤَال ﻣَﻦْ ﻳُﺮِﺩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻪِ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻳُﻔَﻘِّﻬْﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ويلهمه رشده “Ilmu adalah gedung/lemari, sedangkan kuncinya adalah bertanya. Barangsiapa dikehendaki Allah swt kebaikan, maka akan dipahamkan dalam agama, diilhamkan petunjukNya.” HR Bukhari Kritik belajar agama tanpa bimbingan ulama dan guru Sanggahan dan kritik menuntut ilmu tanpa bimbingan ulama/guru saya kutip dari kata-kata Syeikh Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawi. Pernyataannya diambil dari kitabnya al-Sahwah al-Islamiah Baina al-Jumud Wa al-Tatarruf, beliau mengatakan “Kebanyakan dari mereka tidak bertalaqqi belajar langsung dengan ulama dan syeikh yang memiliki ilmu khusus di bidangnya. Di sisi lain, mereka hanya mempelajari halaman demi halaman buku secara langsung tanpa membuka kesempatan dan waktu untuk merujuk dan membahas apa yang akan diambil dan menolak pendapatnya untuk memungkinkan identifikasi pemahaman dan pengetahuan yang ditempatkan dalam perkuliahan di kedalaman. Ini akan disajikan dan dibahas selama masa studi. Namun sayangnya mereka hanya membaca sedikit dan berdasarkan pemahaman yang sangat sedikit mereka lalu mengeluarkan instinbath dan mengeluarkan hukum-hakam.” Barangkali mereka salah membaca, salah paham atau salah mengistinbatkan hukum, tetapi mereka tetap tidak tahu kesalahannya. Lebih lanjut beliau menambahkan “Meski orang-orang ini ikhlas, namun kenyataannya mereka lupa bahwa ilmu Syariat agama Islam dan pemahamannya perlu dirujuk kepada ahlinya yang bisa dipercaya. Memang, mereka tidak akan bisa menyebrangi lautan luas ini sendirian tanpa pemandu ulama/guru yang selalu membimbing tangan mereka. Panduan ini akan menjelaskan kepada mereka apa yang tidak jelas dan istilah-istilah yang memiliki kesamaran dan menjelaskan dari cabang ke apa yang utama dan akan menunjukkan semua kesamaran.” Di akhir penjelasannya tentang hal ini, beliau kembali menegaskan pernyataannya bahwa perlunya berguru untuk mempelajari ilmu agama “Ini mempelajari ilmu agama dengan ulama/guru inilah yang telah diambil sebagai tindakan pencegahan oleh ulama Salafus Sholeh agar menjauhi belajar ilmu dengan cara ini tanpa guru. Mereka berkata Jangan mengambil al-Qur’an al-Karim hanya dengan mushafnya dan bukankah ilmu diambil dengan hanya dari mushafnya kitab. Yang dimaksud dengan mengambil hanya dari mushaf adalah menghafal al-Qur’an al-Karim dari catatan-catatan pada mushaf tanpa berbicara mengambil dan mempelajari ilmu secara tatap muka dengan ulama/guru dengan mulut-mulut guru yang diyakini keilmuannya.” Syekh al-Qaradhawi berkata lagi dalam bukunya al-Sahwah al-Islamiyyah Min al-Murahaqah Ila al-Rusyd “Memang banyak anak muda zaman sekarang yang hanya membaca beberapa buku, khususnya ilmu hadits, kemudian merasa sudah ahli dalam ilmu, padahal belum mencicipi awalnya. Mengklaim bahwa mereka mampu berijtihad dalam urusan agama, sekaligus pengetahuan tentang bahasa Arab dan komponen-komponennya serta nahu dan sumsum tulang belakang. Jika Anda meminta mereka untuk membacakan sebuah ayat, mereka tidak akan dapat menjawabnya dengan baik. Mereka juga tidak mempelajari ilmu Ushul Fiqh! Hanya menebak dugaan apa pun yang seharusnya tahu tentang semua masalah. Hal ini menyebabkan mereka tidak cakap dalam ilmu fiqih apalagi membenamkan diri dalam lautan luas perdebatan yang akan membuat mereka semakin terampil dan mampu memahami dengan baik. Memang orang-orang ini seperti apa yang dikatakan Imam Zahabi, “Saya ingin terbang tetapi tidak ada sayap.” Bisakah langsung belajar langsung dari buku? Meski saya menyerukan menuntut ilmu agama dengan ulama/guru terpercaya, bukan berarti saya menolak sama sekali belajar melalui buku. Hanya saja pembelajaran dengan buku tanpa guru perlu diberikan perhatian tentang kebutuhannya pada suatu saat. Bagi mereka yang berada pada jenjang pendidikan awal dan menengah, maka dapat dipastikan tuntutan untuk mempelajari ilmu secara keguruan lebih diutamakan karena tidak memiliki landasan yang kokoh tentang suatu ilmu tertentu. Setelah mereka memahami dan memperdalam semua dasar-dasar yang diperlukan dengan kuat, maka mereka harus membaca buku-buku terkait untuk menambah pengetahuan mereka. Namun, jika ada hal-hal yang tidak dipahami atau ada kerancuan selama pembacaan/belajar, maka tetap diminta untuk bertanya kembali kepada ulama/guru. Bagi yang tidak berkesempatan untuk menuntut ilmu melalui pendidikan, juga diwajibkan untuk membaca buku atau mendengarkan ceramah dan juga dapat membaca di internet untuk menambah ilmunya. Namun jika ada hal-hal yang kurang dipahami, maka harus merujuk juga kepada ulama/guru terpercaya untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Hal ini dikarenakan seorang ulama/guru memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap ilmu tersebut dibandingkan dengan orang yang hanya membaca buku sebagai referensi. Oleh karena itu, keutamaan dan keunggulan sudah pasti pada mereka yang belajar ilmu agama dengan seorang guru jika dibandingkan dengan kelompok yang belajar ilmu agama tanpa belajar. Karena menuntut ilmu agama dengan menuntut ilmu merupakan jalan yang ditempuh oleh generasi Salaf dan para ulama lainnya. Sedangkan bagi yang sudah mempelajari dan menguasai semua dasar-dasar ilmu dapat membaca sendiri karena mampu memahami isi kitab berdasarkan apa yang telah dipelajari dari para ulama/guru sebelumnya. Penutup Jika agama Islam menganjurkan belajar tanpa guru, mengapa para ulama terdahulu rela merantau dan berpindah-pindah untuk menuntut ilmu pada ulama yang terpercaya alim? Padahal, mereka memiliki ratusan guru yang merupakan ulama muktabar, bukankah ini menunjukkan pentingnya mengajar dalam menuntut ilmu agama? Mungkin ada yang mengira zaman dulu tidak memiliki teknologi yang canggih seperti sekarang, karena itulah mereka hijrah untuk menuntut ilmu. Jika pernyataan ini benar, mengapa Nabi ﷺ menganjurkan umatnya untuk belajar murid dan mengajar guru? Bukankah ini menunjukkan betapa pentingnya mempelajari ilmu agama? Tidak mungkin semua anjuran Nabi ﷺ salah, apalagi tidak mengikuti perkembangan zaman, bukan? Kata Muhammad bin Sirin seorang ulama di era tabi’in sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahih Muslim yang ditulis oleh Imam Muslim; إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِيْنٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِيْنَكُمْ Sesungguhnya ilmu itu adalah agama. Maka dari itu, perhatikan dari siapa kalian mengambil agama kalian. Lihat Muqaddimah Shahih Muslim.*/Muhammad Rashidi Wahab, alumni Al-Azhar,
13 "Ilmu tanpa amal/praktek bagaikan pohon yang tidak berbuah." 14. "Terus berjalan meskipun dihantui kelelahan, terus belajar meskipun didekati oleh kebosanan, karena hal-hal yang kita lakukan pasti akan selalu ada hambatan yang menghalangi." 15. "Apa pun kata orang lain, belajar dan bekerja keraslah untuk mencapai kesuksesan." 16.
o16OW.
  • 9o23f6jrrf.pages.dev/510
  • 9o23f6jrrf.pages.dev/91
  • 9o23f6jrrf.pages.dev/411
  • 9o23f6jrrf.pages.dev/406
  • 9o23f6jrrf.pages.dev/209
  • 9o23f6jrrf.pages.dev/451
  • 9o23f6jrrf.pages.dev/531
  • 9o23f6jrrf.pages.dev/1
  • belajar tanpa guru bagaikan